Selasa, 29 Mei 2012

Secercah di negeri pembedebah

Secercah Harapan di Negeri Pembedebah By : Eri B Santosa (=Dibacakan Pada Lokakarya Dewan Pendidikam Sultra Di hotel Qubra 8 Desember 2011=) Kawan . . . Masih ingatkah Adhie Masardi bersumpah Serapah Membacakan puisi dengan bersusah payah Dipentas TV dengan wajah menengadah Berteriak parau tentang negeri para pembedebah Kawan . . . Dinegeri yang dibedebahkan Kerja benar disalahkan Tak kuasa bersuara selain pasrah Menunggu nurani para pembedebah Kawan . . . Dinegeri para pembedebah Sistem dibangun menimbang darah Kesungguhan dimatikan semakin parah Kawan . . . Dinegeri para pembedebah Tak peduli pertiwi histeris menangis Kantung mereka tetap menengadah menganga Dengan tanpa memperhatikan mutu dan tangisan negeri Bersiul bernyanyi menguras devisa mengais kenikmatan dunia Dalam kegiatan yang kadang tak trasa bermakna Kawan . . . Dinegeri para pembedebah Penjaminan mutu dijadikan promosi untuk diri Konon laporannya untuk perbaikan negeri Fakta penerapannya terasa ngeri Kadang tanpa perencanaan yang pasti & berarti Kawan . . . Dinegeri para pembedebah Jangan pusingkan dia yang membedebahkan negeri Walaupun fakta negeri ini tergadai Tapi langkahkan kakimu untuk berandai Kawan . . . Hentakkan langkah kakimu Satukan padu menuju satu tuju Langkahkan kesungguhan Memajukan negeri Tekadkan diri dengan semangat mengabdi Bangunlah negeri dengan gelora dan sepenuh hati Kawan . . . Lihatlah disana sini Mereka semua menanti dengan tidak pasti Anak bangsa harap-harap cemas terus menanti Kandidat cucu-cucu bangsa tiarap berharap dengan perasaan ngeri Peristiwa bersejarah yang menggagalkan sebuah negeri yang nyaris mati Menggagalkan menuju negeri pembedebah yang tanpa hati Kawan . . . Semua pakar pendidikan berikrar setuju Mempropagandakan pentingnya perananmu Lipham James berkata Kasek kekuatan sentral kekuatan penggerak Paula F. Silver berujar kepala sekolah pembentuk iklim sekolah Robert Stinger bersuara kasek pendorong utama peningkatan kinerja De Roche, berkata kepala sekolah "the key person" Sergiovanni, berujar kepala sekolah "the key person" Ibrahim Bafadhal, bersuara kepala sekolah "the key person" Kawan . . . Suara terulang . . . ulang . . . . ulang The key person .. . the key person . . . the key person . . . Kutitipkan pesan pendahulu negeri yang sudah mati Kuingatkan akan jerih payah nenek moyangmu yang gigih demi negeri Berjuang makna bersimbah darah memerdekakan negeri demi harga diri Untuk cucu-cucu yang ternyara sekarang tak tahu diri Kawan . . . Saat itu . . . . Nenek moyang kita berpikir tidak berorientasi materi Perjuangan mereka untuk mengartikulasi diri Supaya harga diri kita tetap tegak berdiri diantara negeri Diantara bangsa-bangsa yang selalu iri akan anugerah materi Diantara bangsa-bangsa yang terlalu iri melihat talenta anak negeri Kawan . . . Kami semua tahu akan amanahmu Kami semua tahu akan beban perasaanmu Diantara ketakutan dan ketidak pastian posisimu Diantara bergentayangan parakan-parakan dana Bosmu Diantara bergerilya calo calo kedudukan jabatanmu Tapi kawan . . . Pahamkan dirimu dan kuatkan imanmu. . . Nyalakan lentera dalam secercah kekuatan Dipundakmu teremban sebongkah harapan Ditekadmu menganga sebuah asa yang menggelora Kawan . . . Belalakkanlah matamu dan Bangunlah kawan . . . . Singsingkan bajumu dan Berdirilah kawan . . . Hentakkan langkahmu dan Larilah kawan . . . . Tekadkan diri mu dan Hindarkan petaka dari negeri ini Hindarkan petaka negeri dan Kibarkan pataka . . . . Hindarkan petaka negeri dan Kibarkan pataka . . . . Ya . . . . . Kibarkan Pataka kawan . . . . Kibarkan pataka kejayaan sekolahmu dengan nurani yang penuh arti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar